Profil Desa Masaran
Ketahui informasi secara rinci Desa Masaran mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil komprehensif Desa Masaran, ibu kota Kecamatan Bawang, Banjarnegara. Mengupas tuntas status strategis, potensi ekonomi dari sektor pertanian kopi dan industri garmen, serta pesona wisata alam Gunung Lanang dan dinamika sosial masyarakatnya.
-
Pusat Pemerintahan Strategis
Desa Masaran merupakan ibu kota Kecamatan Bawang, menjadikannya pusat administrasi dan pelayanan publik yang vital di wilayah tersebut.
-
Ekonomi Ganda
Perekonomian desa ditopang oleh dua sektor utama yang kuat, yaitu pertanian dengan komoditas unggulan kopi di lahan subur, dan sektor industri melalui keberadaan pabrik garmen yang menyerap banyak tenaga kerja.
-
Potensi Wisata Alam
Desa ini memiliki destinasi wisata alam unggulan, Gunung Lanang, yang menawarkan keindahan panorama dan berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai tujuan ekowisata dan agrowisata.
Desa Masaran, yang terletak di jantung Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, kini memegang peranan lebih dari sekadar sebuah pemukiman agraris. Dengan ditetapkannya sebagai ibu kota kecamatan, desa ini bertransformasi menjadi pusat administrasi dan pelayanan strategis. Berada di bentang alam perbukitan yang subur, Desa Masaran menyimpan potensi ekonomi ganda yang berasal dari kekayaan hasil bumi, terutama kopi, serta denyut industri yang terus berkembang, menjadikannya salah satu desa paling dinamis di Kabupaten Banjarnegara. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek yang membentuk identitas dan masa depan Desa Masaran, dari kondisi geografis, pemerintahan, hingga potensi ekonomi dan pariwisata yang dimilikinya.
Kondisi Geografis dan Demografi Wilayah
Secara administratif, Desa Masaran ialah salah satu dari 18 desa di wilayah Kecamatan Bawang. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara, desa ini secara resmi menjadi pusat pemerintahan atau ibu kota kecamatan, sebuah status yang membawa implikasi signifikan terhadap pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas. Letak geografisnya berada di koordinat sekitar 7°25′4″ LS dan 109°38′48″ BT. Total luas wilayah Desa Masaran mencapai 321,255 hektar, yang sebagian besar pemanfaatannya didominasi oleh lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman penduduk.
Topografi wilayahnya yang bergelombang dan berada di ketinggian sedang menciptakan iklim yang sejuk dan sangat mendukung untuk kegiatan agrikultur, khususnya perkebunan kopi dan tanaman hortikultura lainnya. Batas-batas wilayah Desa Masaran secara umum dikelilingi oleh desa-desa lain di dalam Kecamatan Bawang. Di sebelah utara berbatasan dengan wilayah desa lain yang menjadi bagian dari koridor agraris, sementara di sisi selatan, timur, dan barat, wilayahnya terhubung dengan akses jalan utama yang mengarah ke pusat Kabupaten Banjarnegara maupun kecamatan tetangga.
Berdasarkan data "Kecamatan Bawang Dalam Angka" yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, jumlah penduduk di seluruh kecamatan terus menunjukkan tren pertumbuhan. Meskipun data spesifik untuk Desa Masaran per tahun 2025 memerlukan verifikasi lebih lanjut dari data kependudukan desa, sebagai pusat kecamatan, desa ini memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan desa-desa penyangga di sekitarnya. Kepadatan penduduk ini terbentuk dari gabungan penduduk asli dan pendatang yang bekerja di sektor pemerintahan, industri, maupun jasa yang mulai tumbuh seiring status barunya. Kombinasi antara lahan yang produktif dan populasi yang dinamis menjadi modal dasar utama bagi pembangunan Desa Masaran di masa mendatang.
Pusat Pemerintahan dan Dinamika Sejarah
Penetapan Desa Masaran sebagai Ibu Kota Kecamatan Bawang merupakan sebuah tonggak sejarah penting. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 2 Tahun 2023, pusat pemerintahan Kecamatan Bawang resmi dipindahkan dari Desa Mantrianom ke Desa Masaran. Keputusan strategis ini diambil dengan pertimbangan aksesibilitas yang lebih baik, ketersediaan lahan untuk pengembangan fasilitas publik, serta posisi desa yang dianggap lebih sentral untuk melayani desa-desa lain di sekitarnya. Sejak saat itu, pembangunan infrastruktur perkantoran dan fasilitas pendukung lainnya mulai dipusatkan di wilayah ini, mengubah wajah desa secara perlahan dari pusat agraris menjadi pusat administrasi modern.
Pemerintahan desa, yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa, memegang peranan krusial dalam mengawal transisi ini. Menurut Turoyo, yang menjabat sebagai Kepala Desa Masaran pada awal tahun 2025, fokus utama pemerintah desa yaitu menyinergikan antara program pembangunan dari pemerintah kabupaten dengan aspirasi masyarakat lokal. Sinkronisasi ini penting agar derap pembangunan infrastruktur tidak menggerus lahan-lahan produktif yang menjadi sandaran hidup sebagian besar warga. Selain itu, pemerintah desa juga aktif dalam memfasilitasi dialog antara masyarakat dengan para pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta yang berinvestasi di desa.
Jika ditarik lebih jauh ke belakang, wilayah yang kini menjadi Desa Masaran memiliki jejak sejarah yang panjang. Beberapa catatan lama mengindikasikan bahwa area di sekitar Kecamatan Bawang, termasuk Masaran, pernah menjadi bagian dari wilayah Kademangan Pagendolan pada era lampau. Jejak-jejak historis ini, meskipun tidak terdokumentasi secara rinci, memberikan gambaran bahwa kawasan ini telah lama menjadi pemukiman yang memiliki struktur sosial dan pemerintahan sendiri. Kini, dengan status barunya, Desa Masaran tidak hanya melanjutkan warisan sejarahnya sebagai sebuah komunitas, tetapi juga memulai babak baru sebagai motor penggerak utama di tingkat kecamatan.
Potensi Ekonomi: Jantung Pertanian dan Geliat Industri
Kekuatan ekonomi Desa Masaran ditopang oleh dua pilar utama yang berjalan beriringan, yakni sektor pertanian yang telah mengakar kuat dan sektor industri yang memberikan warna baru bagi perekonomian lokal. Kombinasi keduanya menjadikan struktur ekonomi desa lebih resilient dan beragam.
Lahan perbukitan yang subur di Desa Masaran menjadi surga bagi para petani. Komoditas yang paling menonjol dan menjadi ikon dari wilayah ini merupakan kopi. Perkebunan kopi, baik yang dikelola secara perorangan maupun oleh kelompok tani, tersebar di berbagai sudut desa, menghasilkan biji kopi berkualitas yang dikenal di tingkat regional. Keberadaan kebun-kebun kopi ini bukan hanya menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak keluarga, tetapi juga membentuk lanskap sosial dan budaya masyarakat. Aktivitas mulai dari menanam, merawat, memanen, hingga proses pascapanen menjadi bagian dari ritme kehidupan sehari-hari warga. Selain kopi, para petani di Masaran juga membudidayakan berbagai jenis tanaman palawija dan sayuran yang hasilnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun dikirim ke pasar-pasar yang lebih besar di Banjarnegara.
Di sisi lain, Desa Masaran juga menjadi rumah bagi geliat industri yang cukup signifikan. Kehadiran PT Purbasari Ayu Indonesia (PASI), sebuah pabrik yang bergerak di bidang garmen, menjadi salah satu motor penggerak ekonomi non-pertanian terbesar di desa ini. Pabrik ini mampu menyerap ratusan tenaga kerja, tidak hanya dari Desa Masaran tetapi juga dari desa-desa sekitar di Kecamatan Bawang. Keberadaan industri padat karya ini memberikan alternatif mata pencaharian bagi penduduk, terutama generasi muda, dan mengurangi ketergantungan mutlak pada sektor pertanian yang seringkali rentan terhadap fluktuasi harga dan cuaca. Dinamika antara buruh pabrik dan petani menciptakan sebuah struktur sosial ekonomi yang unik dan kompleks di Desa Masaran.
Pesona Tersembunyi di Puncak Gunung Lanang
Di samping potensi pertanian dan industrinya, Desa Masaran menyimpan sebuah permata wisata alam yang potensial, yakni Gunung Lanang. Destinasi ini menawarkan panorama alam perbukitan yang memukau dengan udara yang sejuk dan segar. Bagi para pengunjung, Gunung Lanang menjadi tempat rekreasi yang ideal untuk melepaskan penat dari rutinitas perkotaan, menawarkan ketenangan serta keindahan alam yang masih sangat asri. Dari beberapa titik di puncaknya, pengunjung dapat menyaksikan hamparan hijau perkebunan dan lembah-lembah di sekitarnya.
Meskipun beberapa masyarakat setempat masih menganggap lokasi ini memiliki nilai kesakralan tertentu, bagi wisatawan, Gunung Lanang lebih dikenal sebagai spot rekreasi dan pendakian ringan. Potensi ini sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah kawasan agrowisata yang terintegrasi. Bayangkan sebuah paket wisata di mana pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam Gunung Lanang, tetapi juga dapat belajar tentang proses budidaya kopi langsung di kebun petani, ikut serta dalam proses sangrai tradisional, hingga mencicipi kopi khas Masaran di tengah pemandangan yang indah.
Pengembangan wisata Gunung Lanang secara profesional dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar, seperti penyediaan jasa pemandu wisata, homestay, serta penjualan produk-produk lokal dan kuliner khas. Namun pengembangannya harus dilakukan secara hati-hati dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal agar tidak merusak keaslian dan keindahan alam yang menjadi daya tarik utamanya.
Peluang dan Tantangan Pembangunan Desa
Sebagai desa yang sedang bertumbuh pesat dengan status baru sebagai ibu kota kecamatan, Desa Masaran dihadapkan pada serangkaian peluang sekaligus tantangan yang kompleks. Peluang terbesar terletak pada sinergi antara status barunya dengan potensi internal yang dimiliki. Alokasi dana pembangunan infrastruktur dari pemerintah kabupaten dapat dipergunakan untuk memperbaiki akses jalan menuju sentra-sentra pertanian dan kawasan wisata Gunung Lanang. Peningkatan akses ini akan mempermudah distribusi hasil bumi, menekan biaya transportasi, dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Lebih jauh lagi, status sebagai pusat pemerintahan membuka peluang tumbuhnya sektor jasa dan perdagangan, seperti pertokoan, kuliner, dan layanan lainnya.
Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan yang harus dikelola dengan bijak. Salah satu tantangan utama yaitu tata kelola ruang. Pertumbuhan industri dan kebutuhan akan lahan untuk fasilitas publik berpotensi mengancam keberadaan lahan-lahan pertanian produktif. Diperlukan perencanaan tata ruang yang cermat untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pembangunan dan pelestarian lahan pertanian sebagai tulang punggung ekonomi warga.
Tantangan lainnya berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan. Kehadiran industri besar dapat menimbulkan dampak lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, pergeseran dari masyarakat agraris ke arah masyarakat industri dan jasa dapat menimbulkan perubahan nilai-nilai sosial. Pemerintah desa bersama seluruh elemen masyarakat perlu bekerja sama untuk mengantisipasi dampak-dampak ini, memastikan bahwa pembangunan yang terjadi bersifat inklusif dan berkelanjutan, serta tidak meninggalkan akar budayanya. Pada akhirnya, masa depan Desa Masaran akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk meramu semua potensi yang ada—pemerintahan, pertanian, industri, dan pariwisata—menjadi sebuah harmoni pembangunan yang menyejahterakan seluruh warganya.
